Temulawak, Ikon Indonesia

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menginginkan TEMULAWAK (curcuma zanthorrhiza Roxb), tanaman herbal tradisional Indonesia, menjadi ikon obat herbal di dunia. Khasiatnya yang beragam di bidang kesehatan pun sudah teruji untuk mematikan sel kanker, imunitas tubuh, obat demam, gangguan percernaan dan antiseptik. 

Dalam rangka mendukung temulawak menjadi ikon tanaman obat alami Indonesia, BPPT tengah melakukan kajian untuk membuktikan bahwa tanaman tersebut berasal dari alam Indonesia.

Kepala Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Bambang Marwoto mengatakan kajian itu diperlukan untuk melindungi tanaman temulawak sebagai plasma nutfah asli Indonesia agar tidak dieksploitasi oleh negara lain. "Banyak negara yang telah mengklaim temulawak adalah asli dari negara mereka. Namun semuanya belum terbukti secara ilmiah," katanya di sela acara Peran BPPT dalam Upaya Pengembangan dan Peningkatan Daya Saing Industri Obat Herbal di Jakarta, 6 April 2011.

Dijelaskan, pada kajian fenotif dan genotatif Indonesia memiliki keragaman tanaman temulawak yang tinggi. Keragaman genetika temulawak ditunjukkan dari kandungan di dalam rimpangnya dan genetikanya dengan pendekatan teknik biologi molekuler DNA dan teknik PCR.

Analisis sidik jari DNA juga dilakukan ketika tanaman sulit diidentifikasi secara konvensional sehingga nantinya dapat dipastikan temulawak menjadi tanaman unggulan lokal di Indonesia.

Tekan Impor Obat

Perekayasa Madya Seksi Bioteknologi Pertanian BPPT Teuku Tajuddin berharap dengan dipastikannya temuwalak menjadi unggulan lokal ketergantungan impor bahan baku obat bisa diminimalisir.

Saat ini tambahnya, temuwalak terdistribusi luas di berbagai negara seperti Tiongkok, India, Malaysia, Srilangka, Thailand dan Vietnam. Hasil sementara sidik jari DNA menunjukkan Indonesia memiliki dua grup besar genetik temulawak.

Temulawak asal Ambon tergolong khas dan tidak memiliki kemiripan seperti temulawak asal Bali, Jawa ataupun Pulau Buru Sulawesi. Menurutnya dalam cacatan sejarah Ambon adalah tempat pertama kali temulawak ditemukan.

Temulawak yang juga dikenal dengan sebutan Jawa tumeric ini diharapkan bisa dijadikan ikon internasional ketika berhasil dibanding dengan temulawak dari India atau Malaysia. "Sayangnya negara-negara lain enggan memberi sampelnya. Diharapkan ada bantuan untuk mempermudah prosesnya, sehingga penelitian ini selesai di tahun 2012," ungkapnya.

Senada dengan itu Direktur Pusat Teknologi Farmasi Medika BPPT Rifatul Widjhati juga memastikan bahwa 80 persen produksi jamu mengandung temulawak karena manfaatnya sebagai pelindung hati dari hepatitis dan meningkatkan sistem imun. "Untuk itu BPPT menyiapkan ekstrak standar, sehingga dapat diketahui komponen senyawa aktif. Dengan begitu industri jamu bisa mengetahui konsentrasi, higienitasnya dan keraguan pemakaian jamu sebagai obat hilang. Sekarang industri jamu banyak yang belum memakai ekstrak terstandar," paparnya.

Di Indonesia tercatat lebih dari 1.200 industri jamu telah tumbuh, 200 di antaranya merupakan industri besar. Baru sebagian kecil industri jamu yang menghasilkan produk obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

Diharapkan deseminasi teknologi bisa membuka peluang alternatif ketersedian obat herbal dengan mutu dan keamanan yang mirip dengan obat konvensional. Apalagi produksi obat di dalam negeri hampir 95 persen mengimpor bahan baku. Sebagai negara tropis, Indonesia bahkan memiliki hampir 30.000 spesies tumbuhan tropis dan 7.000 spesies di antaranya berkhasiat obat.

Untuk membuka peluang penggunaan obat herbal, lima rumah sakit di Indonesia yakni Rumah Sakit Kanker Dharmais, DR Sutomo, RSCM, RS Kandau Sulawesi dan RS Karyadi sudah menerapkan complemantary alternatif medicine. Sejumlah rumah sakit di Tiongkok tambah Rifatul juga menerapkan metode serupa yakni pemberian obat herbal dipadu pelayanan medis kepada pasien.

[ Sumber: http://www.suarapembaruan.com/home/temulawak-bakal-jadi-ikon-obat-herbal-unggulan-indonesia/5344 ]